Bertambah Usia, Momen Mengevaluasi Diri

Syukur alhamdulillah sampai dengan detik ini Tuhan masih memberikan kesempatan kepadaku untuk bernafas dan aku juga sangat bersyukur atas segala nikmat lain yang Tuhan berikan kepadaku. Terutama nikmat iman yang Tuhan berikan, nikmat yang begitu besar untuk selalu senantiasa disyukuri.

Di hari minggu ini, 13 Oktober 2019 bertambah sudah usiaku, namun di sisi lain berkurang juga jatah waktuku di dunia ini. Usiaku sekarang sudah menginjak di angka 22 tahun, usia orang dewasa yang seharusnya sudah memiliki pemikiran yang matang. Tidak ada lagi pemikiran-pemikiran bocah yang masih melekat dalam diri ini seharusnya. Diri ini juga seharusnya sudah menemukan jati diri yang sejati, tau mau kemana akan melangkahkan kaki. Tidak asal berjalan tanpa pernah tau tujuan hidup yang diiginkan.

Aku sebenarnya sudah menemukan jati diriku yang sejati, sudah tau juga hal-hal yang seharusnya aku tekuni. Namun yang menjadi permasalahan adalah aku belum bisa mengusir gangguan-gangguan yang hadir disaat aku menekuni bidangku yang sekarang ini. Aku masih saja goyah ketika gangguan itu datang kepadaku. Sehingga di usiaku yang sekarang ternyata banyak target pencapaian belum bisa aku kejar, walaupen cukup banyak pula target yang sudah berhasil aku penuhi.

Mandiri secara financial adalah salah satu target yang sebenarnya ingin aku capai di usia 21 tahun, sayangnya sampai dengan hari ini aku belum bisa mencapai posisi itu. Akar dari permasalahan ini adalah pada kegigihanku yang masih kurang. Aku belum bisa menjadi pribadi yang gigih, aku masih lemah terhadap gangguan-gangguan yang memalingkan dan membuat diriku lupa akan tujuan hidupku. Kegigihan itulah yang aku rasa perlu senantiasa aku tanamkan dalam diriku, sehingga aku bisa sampai kepada tujuan hidupku yang seharusnya.



Aku juga pernah menulis mimpi bahwa aku ingin menjadi penghafal Al Qur'an. Namun sampai dengan hari ini satu juzpun aku belum bisa hafal. Tidak istiqomahnya aku dalam mengusahakan untuk menghafal membuat hafalanku tetap disitu-situ saja tanpa adanya penambahan yang berarti.

Dari dua impianku yang belum tercapai ternyata penyebabnya sama, yaitu Kegigihan yang masih belum dimunculkan dari dalam diriku untuk mewujudkan setiap impian yang sudah aku tuliskan. Aku pernah bertanya-tanya kepada diriku sendiri, kenapa aku orangnya belum bisa gigih untuk memperjuangkan setiap impian yang ingin aku capai. Dan rasanya baru sekarang aku menyadari bahwa Kegigihan tidak serta merta bisa muncul begitu saja dalam diri.

Ada istilahnya support system yaitu sistem pendukung agar senantiasa Kegigihan itu muncul. Namanya sistem tentu tidak terdiri hanya dari satu komponen saja, akan tetapi lebih dari itu. Diantara komponen di dalam support system adalah keluarga, sahabat, pasangan, dll. Aku sudah memiliki keluarga dan sahabat yang bisa dijadikan sebagai support system, namun selama ini kedua komponen ini belum bisa aku manfaatkan betul.

Selain keluarga dan sahabat, ternyata ada bagian dari support system yang aku lupa bahwa itu juga mengambil peranan yang penting dalam kehidupanku. Komponen support system yang sering terlupa dan cukup memberikan dampak yang besar dari kehidupanku adalah lagu lagu yang sering didengarkan setiap harinya. Sebagai orang yang suka mendengarkan musik, baru aku sadari betul bahwa lagu apa yang sering kita dengarkan itu akan mempengaruhi alam bawah sadar kita.

Aku sadar bahwa aku selama ini terlalu sering memutar lagu-lagu yang bernuansa galau daripada lagu-lagu yang memberikan semangat positif kepada dalam diri ini. Hingga seolah olah aku berfikir bahwa aku adalah korban dari kehidupan, korban dari perasaaan. Haha lucu memang jika dipikir-pikir. Selama ini aku menganggap bahwa aku adalah pribadi yang sudah cukup dewasa, namun baru sekarang aku baru benar-benar menyadari bahwa terlalu sering memutar lagu-lagu galau tidak baik untuk psikologis diriku sendiri.




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url