Memperbarui Kesadaran Diri
Perenungan malam kemarin menemukanku pada sebuah kekurangan yang harus segera aku perbaiki. Kekurangan yang bagiku sangat tidak pas untuk dipelihara oleh seorang laki-laki. Inisiatif, sebuah bentuk kesadaran diri untuk melakukan sesuatu tanpa harus menunggu diberi tahu ataupun menunggu untuk diperintah. Seorang laki laki yang minim akan inisiatif tentu sangat tidak bisa untuk diharapkan dan diandalkan. Apalagi bila laki-laki itu menjadi seorang pemimpin disuatu perkumpulan tertentu. Memliki rasa inisiatif yang tinggi menjadi hal wajib yang harus dimiliki.
Aku rupanya baru benar-benar sadar bahwa aku orangnya kurang inisiatif. Selain melalui perenungan, rasa kesadaran diri bahwa aku orangnya minim inisiatif adalah ketika ada suatu momen yang terjadi beberapa hari kemarin. Momen itu terjadi ketika aku dan beberapa santri selesai menghabiskan makan dan kemudian mencuci piringnya masing-masing. Saat itu, tiba-tiba ibu nyai memberikan sebuah nasehat kepada kami. Inti dari nasehat itu adalah kami seharusnya ketika melihat piring, gelas , sendok yang kotor walaupun itu bukan bekas kami, seharusnya itu juga ikut dicuci sekalian. Nasehat sederhana itu benar-benar membuatku malu dan sekaligus memberikan kesadaran bahwa aku orangnya memang minim inisiatif.
Dari momen memalukan di dapur tersebut, aku menjadi ingat momen-momen di waktu lain yang menunjukan juga bahwa aku tidak memiliki sifat inisiatif yang tinggi. Tidak sedikit hal yang aku lakukan harus menunggu ada yang memerintahkan. Bahkan untuk hal-hal sederhana yang remeh temeh seperti membuang sampah yang sudah menumpuk.
Setelah aku sadar begini, langkah yang tepat selanjutnya aku pikir adalah melatih diriku agar memilki sifat inisiatif tinggi. Aku pikir melatih inisiatif juga erat kaitannya dengan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Aku harus pandai-pandai membaca situasi, agar aku tau hal apa yang seharusnya segera dilakukan ketika aku diposisi dan situasi tertentu tersebut.
