Oleh-Oleh Sederhana Dari Seorang Kakak

Sudah hampir genap empat tahun aku menjadi seorang mahasiswa perantauan. Terhitung mulai bulan Agustus 2016 aku berangkat ke perantauan dan meninggalkan kampung halaman. Pada bulan Juli 2020 ini aku memutuskan untuk pulang dan memilih merampungkan tugas akhirku di rumah. Awalnya aku sedikit bimbang, antara merampungkan tugas akhirku di rumah atau aku rampungkan dulu di Jogja baru kemudian pulang. Hingga akhirnya aku memilih pulang  dengan berbagai pertimbangan. Ada banyak hal yang aku pikirkan dan rasakan saat itu sebagai orang perantauan ketika harus memilih untuk pulang.

Salah satu perasaan yang muncul  ketika orang perantauan akan pulang adalah perasaan malu. Sebuah perasaan yang sebenarnya tidak semestinya muncul bagi orang yang memiliki kerinduan. Tapi apa boleh buat, setidaknya itulah gambaran perasaan aku dan beberapa temanku ketika hendak pulang ke kampung halaman. Perasaan malu itu muncul dikarenakan kami masih merasa bahwa kami belum menjadi apa-apa. Kami masih merasa orang yang sama ketika dulu kami memilih untuk pergi. Akhirnya tidak jarang orang perantauan yang memilih untuk tidak pulang karena merasa malu meskipun ada kesempatan.



Foto: Penjual Roti Bakar di Karanglewas
Sumber : Dokumen Pribadi

Aku merasa masih orang yang sama salah satu alasanya adalah karena roti bakar ini. Makanan yang menjadi bukti bahwa aku adalah orang yang masih sama. Setidaknya aku masih orang yang sama dari segi materi. Karena selama empat tahun ini, hampir setiap ada kesempatan pulang aku selalu sempatkan untuk mampir ke salah satu penjual roti bakar di depan Pasar Karanglewas ini. Tentu alasan terkuat selain keluargaku cukup menyukainya adalah makanan ini masih sangat ramah kepada kondisi keuanganku selama empat tahun ini.
Cukup mengeluarkan uang 30 ribu rupiah sudah bisa menikmati dua potong roti bakar ukuran besar dengan berbagai macam varian rasanya. Dengan uang sejumlah itu, aku sudah cukup membuat keluargaku merasa bahagia.

Oleh-oleh berupa roti bakar tersebut sudah seharusnya memberikanku motivasi untuk bisa berbuat lebih untuk keluargaku. Kedepan apa yang aku beri harus bisa lebih dari itu. Sebagai anak pertama, aku merasa mempunyai tanggung jawab lebih untuk memberikan kebahagiaan dalam keluargaku. Tentu aku tau bahwa kebahagiaan tidak melulu masalah materi, disana masih banyak unsur-unsur lain yang bisa membuat keluarga bahagia. Namun tidak ada salahnya juga jika aku berjuang keras untuk memberikan materi yang lebih kepada keluargaku. 

Selamat berjuang, keluargamu adalah segalanya bagimu !






Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url