Perjalanan Panjang Menuju Sidang




Kemarin adalah salah satu momen menegangkan dalam kehidupanku. Setelah hampir satu tahun lebih aku berkutat dengan tugas akhirku, akhirnya aku diberikan kesempatan untuk maju mengikuti ujian pendadaran. Aku bersyukur dengan sisa waktu yang ada aku dapat merampungkan tugas akhirku. Satu pekan terakhir sebelum masa pendaftaran ujian pendadaran juga tak kalah menegangkannya dari hari kemarin. Suasana pikiranku pada pekan itu begitu mencekam. Pasalnya jika aku tidak bisa merampungkan tugasku, aku harus mengulang semuanya dari nol. Kampus memiliki kebijakan bahwa tugas akhir maksimal dikerjakan selama tiga semester. Lebih dari itu, maka harus mengulang dan mengganti judul.

Alhamdulillah dengan segala perjuangan, dukungan, dan doa dari orang-orang, tugas akhir bisa aku rampungkan sebelum batas akhir pendaftaran ditutup. Puas rasanya ketika aku bisa mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta ujian pendadaran bulan juli ini. Rasa puas itu muncul salah satunya karena mengingat perjuangan untuk merampungkan tugas akhirku terbilang tidak mudah. Banyak rintangan yang harus aku lalui untuk merampungkan itu semua. Namun, rintangan-rintangan itu jugalah yang memberikan banyak pelajaran hidup bagi diriku.

Jika flashback kebelakang, mulai semester enam aku sudah memilih judul tugas akhir. Di semester enam tersebut aku belum bisa sepenuhnya fokus mengerjakannya, dikarenakan aku masih mengambil beberapa mata kuliah. Di samping itu, aku juga diamanahi menjadi ketua panitia Haflah Akhirussanah 2019 di Pondok Pesantrenku. Hal yang tidak mudah bagi potongan orang-orang sepertiku. Alhasil semester enam tugas akhirku terbilang tidak begitu banyak mengalami progress.

Menjelang semester enam berakhir dan waktu itu baru beberapa pekan aku selesai menjadi ketua panitia, ternyata takdir Allah memberikanku amanah yang lebih berat. Aku terpilih menjadi ketua pengurus pondok (baca: Lurah) putra. Hal yang tidak pernah terpikirkan sama sekali olehku sebelumnya. Aku hanya mencoba untuk pasrah dan ikhlas menerimanya, bagaimanapun itu semua sudah menjadi ketentuan yang Maha Kuasa.

Liburan semester enam aku menjalani KKN di Kabupaten Kebumen, tugas akhirku tidak berhasil aku sentuh. Entah aku yang kurang bisa mengatur waktu atau bagaiamana, tapi pada waktu itu memang KKN yang aku jalani terbilang sangat sibuk. Waktu itu aku berharap setelah selesai KKN aku bisa langsung fokus dan tancap gas mengerjakan tugas akhirku.

Namun tak semulus bayanganku, selesai KKN ternyata ibuku mengalami sakit. Aku harus pulang ke kampung sekitar dua pekan. Di samping permasalahan tersebut, kondisi keuanganku pada saat itu jujur saja sedang tidak baik. Aku waktu itu berfikir untuk ikut kerja part time , sekedar memulihkan kembali keadaan keuanganku. Setelah dua pekan di kampung aku kembali ke Jogja. Waktu itu aku langsung mendapatkan tawaran dari teman untuk ikut menjadi student staff bagian web support. Aku langsung terima tawaran itu mengingat keadaanku yang sedang sulit.

Selang sekitar satu bulanan, aku mendapatkan tawaran lagi dari temanku untuk menjadi assistant lab di jurusanku. Aku menerima itu, dari dulu memang aku ingin mendapatkan pengalaman menjadi assitant lab, semester akhir ini akhirnya baru kesampean. Tentunya juga sedikit ada harapan untuk menambah uang saku.

Niat yang awalnya selesai KKN ingin fokus mengerjakan tugas akhir ternyata aku ingkari karena keadaan. Di semester tujuh itu aku pikir menjadi semester tersibuk sepanjang masa perkuliahanku. Setiap dua kali dalam sepekan ada jadwal menjadi asisten, dan di luar itu aku juga harus mengoreksi tugas dari mahasiswa. Setiap dua kali sepekan aku ke kantor web support untuk bantu-bantu disana, di luar itu sebagai student staff juga ada projek yang harus aku kerjakan. Hampir setiap hari aku mengerjakan projek aplikasi tugas akhirku di tempat aku melakukan penelitian, tentunya di luar jam menjadi asisten dan student staff.
Intinya setiap hari aku ke kampus mulai pagi hari jam delapan sampai dengan sore sekitar jam empat lebih, layaknya orang bekerja.

Setelah selesai urusan kampus, malamnya aku menjalani amanah sebagai ketua pengurus pondok. Waktu itu yang bisa lebih aku upayakan hanya dalam hal memberikan contoh yang baik bagi teman-temanku. Seperti selalu menjadi orang pertama yang hadir ke aula tempat santri mengaji, mengupayakan untuk selalu mengikuti sholat jamaah fardu, dan hal-hal lain yang erat kaitannya dengan kebiasaan santri.

Saking cukup banyaknya kegiatan, akhirnya aku gagal untuk lulus dengan cepat tiga setengah tahun. Aku harus menambah satu semester kembali demi merampungkan tugas akhirku. Waktu itu mungkin progress tugas akhir yang aku kerjakan baru sekitar 60 persenan. Masih jauh untuk mendaftarkan diri mengikuti ujian pendadaran.

Waktu demi waktu berlalu dengan berbagai macam kesibukan. Hingga pada akhirnya bulan April 2020, aku bisa dikatakan memiliki waktu banyak untuk fokus merampungkan tugas akhirku. Namun karena suatu alasan dari eksternal, bukan dari diriku pribadi aku harus mengganti teknologi yang dipakai dalam projek aplikasiku. Bulan April aku memulai lagi dari nol untuk projek aplikasi tugas akhirku. Aku mencoba untuk fokus dan meyakinkan diri bahwa aku bisa merampungkannya di bulan Juli. Alhamdulillah sampai dengan pertengahan Juli 2020 kemarin akhirnya tugas akhirku selesai. Hingga puncaknya 21 Juli 2020, aku maju untuk sidang pendadaran secara daring.




Syukur alhamdulillah aku secara resmi dinyatakan telah lulus. Tentunya dengan syarat menyelesaikan beberapa revisi laporan. Dosen pengujiku memberikan waktu revisi satu bulan. Waktu yang harus aku manfaatkan dengan benar. Kali ini aku tidak ingin mengerampungkannya saat mepet batas akhir pengumpulan. Aku harus bisa mengerjakannya secara cepat. Bismillah, aku yakin aku bisa !.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url