Bila Kita Ikhlas, Sebuah Lagu Penuh Pelajaran dari Ebiet G Ade
Aku telah jatuh hati dengan lagu-lagu dari Ebiet G Ade semenjak aku masih di bangku Madrasah Tsanawiyah dulu. Lagu yang pertama kali aku dengar pada masa itu adalah berjudul Berita Kepada Kawan. Sebuah lagu yang penuh makna dan membuatku langsung penasaran dengan sosok penyanyinya. Akhirnya waktu itu aku mulai mencari tahu tentang Ebiet G Ade beserta lagu-lagunya yang lain.
Kejatuh hatianku pada lagu-lagu Ebiet G Ade semakin menjadi-jadi setelah aku mendengarkan beberapa karyanya yang lain.
Salah satu diantara favoritku adalah lagu berjudul Titip Rindu Untuk Ayah. Lagu tersebut sudah aku nyanyikan berkali-kali sampai teman-temanku menilai bahwa suaraku mirip dengan Ebiet G Ade. Ketika menyanyikan lagu tersebut memang aku berusaha untuk memirip-miripkan suaraku dengan Ebiet G Ade, dikarenakan aku sangat menyukai karakter suara beliau.
Diantara lagu-lagu favoritku yang lain adalah Lagu Untuk Sebuah Nama, Untuk Kita Renungkan, dan Camelia 2. Aku berulang kali memutar lagu-lagu tersebut sepanjang tahun belakangan, sampai aku terlambat menemukan sebuah lagu yang tidak kalah bagusnya dari Ebiet G Ade. Sebuah lagu berjudul Bila Kita Ikhlas baru aku dengarkan beberapa bulan yang lalu. Begitu mendengarnya aku jatuh hati sekaligus menyesal kenapa baru sekarang aku menemukan lagu ini.
Penyesalanku bukan tanpa alasan. Lagu Bila Kita Ikhlas mengandung makna yang mendalam tentang kehidupan. Liriknya penuh dengan nasehat agar kita menjadi manusia yang ikhlas dan pandai bersyukur menerima segala sesuatu yang sudah menjadi ketentuan-Nya.
" Tak selayaknya kita memaki-maki
Mengumpat dan menggerutu, hidup serba sulit
Jangan hanya dongak ke langit, coba runduk ke bumi
Tengoklah mereka yang papa, lebih pantas mengeluh
Bila kita ikhlas, Tuhan bakal memberi
Dia-lah yang paling mengerti apa yang kita perlukan
Jangan terlalu banyak menuntut, rizki telah dibagi
Pasrahkanlah saja semua kepada-Nya "
Potongan lirik tersebut sungguh sangat mengena untuku. Sebagai manusia aku masih belum bisa sepenuhnya menerima apa yang sudah menjadi pemberian Tuhan untuku. Aku masih saja memiliki rasa iri terhadap orang-orang yang aku anggap hidupnya beruntung. Walaupun sekarang frekuensi rasa itu sudah jarang muncul namun tetap saja ada satu dua moment dimana ketika aku melihat kehidupan orang lain rasa iri itu kemudian muncul.
Dari lirik potongan diatas ada nasehat yang begitu jelas, bahwa kita jangan hanya selalu melihat ke atas. Karena kalau teralalu sering melihat keatas yang terjadi adalah kita akan merasa hidup kita tidak beruntung dan akhirnya banyak mengeluh dan menuntut. Padahal jika kita mau melihat ke bawah, disana banyak sekali orang-orang yang lebih sulit keadaanya daripada kita. Merekalah yang jauh lebih pantas mengeluh daripada kita.
Kemudian aku juga belajar bahwa memang benar-benar Tuhanlah yang Maha Tahu perihal apa yang sebenarnya kita butuhkan. Jadi ketika keinginanku tidak terpenuhi ya sudah berpikir positif saja bahwa apa yang menjadi keinginanku itu akan diganti dengan yang lebih baik oleh Tuhan. Akhirnya memasrahkan semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita adalah sebuah pilihan yang terbaik.