DILEMA MEMILIH TEMPAT CUKUR BARU
Foto : Jl. Kaliurang, Daerah Pasar Pakem. Dokumentasi Pribadi
Sudah berbulan-bulan tempat yang biasa aku jadikan langganan memotong rambut itu tutup. Tempat itu tutup bersamaan dengan sepinya pelanggan di masa pandemi ini. Kemungkinan besar Mas Reyhan ( Tukang Cukur Langganan) itu pulang ke asal daerahnya untuk melanjutkan hidup. Berat memang jika harus hidup di perantauan sementara tidak ada pemasukan yang dihasilkan. Maka pilihan terakhir yang bisa dilakukan ialah pulang ke kampung halaman.
Aku pun sebagai pelanggan setia tukang cukur itu ikut terkena dampaknya. Kini aku dilema mencari tempat lain untuk aku jadikan sebagai tempat cukur langganan. Kedilemaanku bukan tanpa alasan. Selama ini aku sudah terlalu nyaman dan merasa sangat cocok dengan setiap hasil cukurannya. Bukan hanya diriku saja yang merasa cocok, hampir dipastikan seusai cukur rambut kawan-kawanku selalu memberikan pujian terhadap penampilanku.
Hal tersebut tentu menambah validasi terhadap penilaianku.
Memilih tempat cukur bukanlah perkara yang sederhana. Apalagi bagi kami, pria-pria yang memiliki fisik yang cenderung kurang rupawan. Hasil cukuran rambut adalah hal yang sangat amat penting mempengaruhi penampilan. Jika hasilnya baik, maka bagaimanapun kondisi kami sebelumnya akan banyak terselamatkan. Sebaliknya jika hasil cukurannya tidak pas, bahkan buruk, maka sempurna sudah penderitaan yang akan kami tanggung sebulan dua bulan kedepan.
Akidah kami terhadap penampilan sebenarnya cukup sederhana. Hal terpenting adalah bagaimana kami bisa tampil serapi mungkin. Kerapian bagi kami adalah sebuah kefardhuan tersendiri. Karena memang itulah satu satunya upaya yang memungkinkan agar kami bisa tampil dengan menarik.