KEBAHAGIAAN SANTRI DI SEBUNGKUS NASI KOTAK

 

Ada berbagai macam hal yang erat kaitannya dengan kehidupan seorang santri. Salah satu diantaranya adalah sering diundang untuk mengikuti acara-acara tasyakuran yang diadakan oleh warga. Di tempat aku nyantri sendiri, selama satu bulan bisa saja kami diundang untuk menghadiri dua sampai tiga acara. Bahkan terkadang bisa saja lebih. Jika ada acara tasyakuran ataupun undangan apapun dari warga kami lebih populer menyebutnya dengan nama proyek. Itulah nama yang barangkali sudah disepakati sejak lama oleh para santri. Jadi ketika ada undangan acara tasyakuran, pihak pengurus pondok biasanya mengabari kepada seluruh santri bahwasanya nanti malam atau besok ada proyek di rumahnya si Bapak A atau di rumahnya si Ibu B. 

Mendengar kabar bahwa akan ada proyek adalah sebuah kegembiraan tersendiri bagi kami. Bagaimana tidak gembira, setiap ada kabar akan ada proyek, yang tergambar pertama kali oleh kami adalah perihal makan-makan. Kami sudah membayangkan akan menikmati hidangan-hidangan yang beraneka ragam dan enak-enak. 

Sebagai santri yang sejatinya adalah anak perantauan, jauh dari rumah, menikmati berbagai macam jenis makanan adalah sebuah hal yang langka bagi kami. Dalam sehari rata-rata kami hanya bertemu makanan paling banyak adalah dua kali. Makan pagi yang digabung dengan makan siang, dan makan malam saja. Semuanya hanya makan berat. Sangat jarang ada jajanan ataupun cemilan yang bisa kami nikmati setiap harinya. Faktor tersebut jugalah yang barangkali membuat kami sangat bernafsu ketika disuguhi beraneka ragam jajanan.

 



Tak hanya menikmati makanan yang sudah disediakan oleh tuan rumah saja. Biasanya juga kami akan diberi bingkisan untuk dibawa pulang. Bingkisan itu berupa nasi kotak yang sudah lengkap dengan lauknya. Senyuman kami akan secara otomatis muncul ketika sesi pembagian nasi kotak ini. Bagi kami sebungkus nasi kotak itu tidak hanya berisi nasi dan lauk saja. Lebih dari itu ia juga terselip sebuah rasa kebahagiaan.

Rasa kebahagiaan itu akan bertambah ketika kita membuka kotakan tersebut dan menemukan sebuah amplop putih.  Adanya kertas berwarna putih itu, rasanya genap sudah kegemberiaan kami malam itu. Selain perut kami kenyang, kami juga mendapatkan uang jajan tambahan, yang mana seberapun jumlahnya tetap membuat kami bahagia sekaligus merasa sangat bersyukur. Wah kehidupan santri memanglah sangat mengasyikan.


 

Menjelang istirahat, 21 Ramadan, 1442 H

Pondok Pesantren Ki Ageng Giring, Yogyakarta

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url