MENYUKAI PEREMPUAN YANG RAJIN

Salah satu permintaan yang aku ajukan kepada Tuhan perihal jodoh ialah agar aku dipertemukan dengan perempuan yang rajin. Perempuan itu tidak harus pintar, yang penting dia mau terus belajar. Tidak harus berpendidikan tinggi, yang penting masih punya semangat menimba ilmu yang tinggi.  

Kriteria tersebut seolah-olah sudah menjadi syarat pokok bagi perempuan yang akan aku cari suatu saat nanti. Tentu hal ini bukan tanpa sebab. Jika melihat diriku ke belakang, seluruh perempuan yang pernah aku taksir tidak ada yang tidak rajin. Sebagian besar dari mereka bahkan para juara kelas di sekolah maupun kampusnya. Hal ini nampaknya sebuah naluri alami yang ada pada diriku. Menyukai perempuan yang rajin bagiku bukanlah atas dasar pertimbangan logika, melainkan karena rasa yang berbicara.

 


  Photo by Maria Teneva on Unsplash

 

Di masa-masa sekolah, khususnya ketika SMK, sangat sulit bagiku untuk naksir kepada perempuan yang tidak rajin. Betapa pun perempuan itu cantik, tetap saja perasaan ini akan datar-datar saja kepadanya. Setidaknya yang masih aku ingat, dulu sempat ada dua orang perempuan yang sepertinya memiliki ketertarikan dengan diriku. Dua perempuan itu bisa dibilang sangat cantik, bukan hanya penilaianku saja, namun penilaian seluruh teman-temanku baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Semua sepakat bahwa kedua perempuan itu memang cantik.

Berbagai upaya mereka lakukan untuk bisa dekat denganku. Namun semua itu tak membuat diriku lantas menyukai salah satu diantara mereka sekalipun. Perasaanku saat itu kepada mereka berhenti sebatas kepada rasa persahabatan. Tidak bisa lebih. Penyebabnya cuma satu, mereka tidak begitu rajin di sekolahan. Sungguh alasan yang terdengar tidak begitu masuk akal bagi sahabat-sahabatku saat itu.

Di sisi lain perempuan rajin yang pernah aku taksir, tidak ada satu pun yang berhasil aku taklukan. Semuanya berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Walaupun pada dasarnya perasaan yang aku miliki kepada mereka belum sempat aku utarakan. Namun dari sikap dan glagat mereka, aku sudah bisa menebak bahwa mereka tak ada ketertarikan sama sekali dengan diriku.

Tentu aku tidak naksir kepada mereka dalam waktu yang bersamaan. Ada jeda yang aku butuhkan untuk bisa naksir dari satu perempuan ke perempuan yang lain. Kembali lagi bahwa aku orang yang tak mudah untuk  menaruh hati kepada perempuan, butuh berhari-hari atau berminggu-minggu untuk aku menilai dan kemudian jatuh hati.

Setelah kegagalan-kegagalan itu, aku harap aku bisa menemukan sosok perempuan itu suatu saat nanti. Tidak harus segera, yang penting di waktu yang terbaik menurut rencana-Nya.


Yogyakarta, 7 Dzulhijah 1442 H

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url