AKU JUGA PERNAH ALAY


Bernostalgia masa-masa lalu adalah sesuatu yang menggembirakan. Apalagi di saat situasi seperti ini. Pandemi yang entah kapan berakhirnya membuat aku dan mungkin sebagian orang merasa rindu dengan kehidupan masa lalu. Bagaimanapun pandemi corona ini telah banyak merubah kehidupan manusia. Berbagai macam kebiasaan baru muncul setelah adanya  virus corona. Walaupun selain faktor pandemi, ada faktor lain juga yang memberikan dampak begitu besar. Perkembangan dunia teknologi yang sangat cepat juga telah banyak merubah tata cara dan perilaku manusia.

Tak bisa dipungkiri saat ini banyak sekali sisi kehidupan manusia yang telah bergantung pada teknologi. Aku sendiri mulai mengenal dunia teknologi ketika aku sudah remaja. Saat itu aku masih duduk di bangku Tsanawiyah atau setingkat dengan SMP . Kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Di saat itulah aku pertama kali memiliki handphone. Sepertinya saat itu belum terdengar istilah smartphone. Pasalnya mayoritas hp yang beredar kala itu memang masih sangat sedikit fitur-fiturnya. Sangat jauh perbedaannya dengan hp keluaran sekarang.  Hp pertamaku ialah nokia 6600. Sebuah hp yang saat ini mungkin lebih pantas untuk dijadikan ganjel truk atau mobil. Mengingat desain ketebalan dari HP ini yang memang tak tanggung-tanggung.

Hp nokia 6600 miliku saat itu boleh dibilang menjadi pintu masukku menuju masa-masa ke-alay-an remajaku. Jangan salah, meskipun aku saat ini terlihat begitu kalem, aku juga pernah melewati masa-masa alay. Untuk kalian yang tidak tahu istilah alay itu apa, jadi sederhananya alay adalah sebuah sebutan untuk anak-anak yang berperilaku secara berlebihan, tidak wajar, dan terkesan agak menjijikan. Aku masih ingat, ke-alay-an pertamaku ialah menysipkan sebuah tanda tangan di setiap sms yang aku kirimkan. Waktu itu aku meniru teman perempuanku yang mengirimi ucapan selamat malam. Di bawah ucapan selamat malam itu ada sebuah tulisan yang diketik dengan berbagai macam karakter dengan huruf yang besar kecil. Saat aku baca dengan seksama, tulisan itu adalah berisi sebuah nama dari si pengirim, dengan tambahan kalimat embel embel si cewe manis.

Itulah pelajaran alay yang pertama kali aku dapat. Bahwa anak keren dan gaul itu jika mengirim sms harus ada tanda tangannya. Jadilah aku mulai berpikir untuk ikut membuat tanda tangan smsku. Aku memikirkan tanda tangan seperti apa yang bagus dan terlihat keren untuk diriku. Setelah ketemu, mulailah aku menyisipkan tanda tanganku di setiap sms yang aku kirim. Sayangnya aku sudah lupa bagaimana bentuk dan kalimat yang ada pada tanda tangan smsku saat itu. Tapi yang jelas, itu pasti akan membuatku geli dan bergidig jika aku membacanya saat ini.

Seiring bertambahnya teman untuk sms-an, perbendaharaan ke-alay-anku pun semakin bertambah. Aku mulai ikut-ikutan untuk mengetik dengan huruf besar kecil pada seluruh kalimat yang aku tulis. Saat itu tentu tidak ada perasaan geli ataupun malu melakukan hal tersebut. Rasa yang ada hanyalah perasaan bangga dan bahagia karena merasa keren dan tidak ketinggalan zaman. Padahal mengetik kalimat dengan selingan huruf besar kecil adalah sebuah hal yang merepotkan. Apalagi keyboard handphone yang aku miliki saat itu belum qwerty, masih abc. Dimana tentu ada sekian huruf yang butuh menekan tombol beberapa kali untuk menemukan hurufnya. Sekali lagi itu adalah hal yang sungguh merepotkan dan sekaligus hal yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu manfaatnya apa, namun saat itu aku melakukannya dengan tekun dan khusu’, bahkan istiqomah sampai beberapa tahun.

Banyumas, 21 Agustus 2021

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url