MENJADI BOBOTOH NGAPAK - AKU DAN SEPAK BOLA 2
Perihal menggemari kesebelasan tim sepak bola, aku tumbuh sebagai remaja yang sangat menggemari kesebelasan Persib Bandung. Kegemaranku terhadap Persib Bandung, sudah dimulai dari semenjak aku SD. Salah satu alasanku menyukai Persib Bandung meski aku sendiri bukan dari Bandung adalah karena salah satu pemainnya saat itu ada yang bernama sama dengan namaku. Pemain itu adalah Zainal Arif. Sama-sama ada Arif nya. Posisinya sebagai striker di Persib Bandung sangat aku idolakan saat itu.
Alasanku menyukai Persib dulu memang sesederhana itu. Hanya karena ada pemain yang namanya sama denganku, walaupun tak sama persis. Dulu sebagai anak kecil tentu belum tahu menahu soal filosofis mengapa aku menggemari klub ini. Sependek pengetahuanku saat itu hanyalah tahu bahwa Persib Bandung ini salah satu klub besar yang ada di Liga Indonesia. Dan musuh bebuyutannya Persib ialah Persija Jakarta, yang mana ketika dua klub besar ini bertemu sering disebut sebagai Laga El Classico nya Indonesia. Kalau di Spanyol ada Barcelona VS Real Madrid, maka di Indonesia ada yang tak kalah seru, yakni Persib VS Persija Jakarta.
Laga tersebut sangatlah dinanti-nanti olehku saat itu. Selain karena memang seru, alasan lain ialah sebagai ajang pembuktian dengan kawanku yang saat itu menjadi penggemar klub Persija Jakarta. Iya, sebagai pembuktian siapa yang tim jagoannya lebih hebat. Persib atau Persija. Sehingga ketika misalnya kedua klub tersebut hari ini bertanding, maka bagi siapa yang kalah harus siap-siap untuk mendapatkan bullyan esok hari di sekolahan. Hal tersebut tentu menambah ketegangan saat menonton serunya laga Persib dan Persija.
Sebagai mana umumnya anak laki-laki saat itu, aku juga pernah bercita-cita sebagai pemain bola. Kala itu di sekolahan kami, mayoritas anak laki-laki pasti cita-citanya pemain bola. Dan tentu, Persib Bandung menjadi bagian dari cita-cita yang aku tuliskan saat itu. Aku saat itu bermimpi bahwa suatu saat aku akan mengenakan seragam kesebelasan Persib Bandung. Tentu mimpi tersebut bukan dalam kadar yang serius, mimpi itu hanya sekedar sebagai jawaban atas kebimbanganku ketika harus ditanya oleh Guru apa cita-citaku saat itu. Maklum perbendaharaan cita-cita anak zaman itu belum banyak seperti sekarang. Boro-boro kepikiran jadi Programmer, hp jadul saja saat itu aku belum punya. Maka pilihan cita-citaku saat itu hanya berkutat pada profesi semacam pilot, masinis, dokter dan lain-lain.
Kegemaranku terhadap sepak bola dan tim Persib Bandung berlanjut hingga aku lulus dari SD. Saat ada jadwal Persib Bandung, maka aku wajib nonton, meskipun hanya dari televisi. Karena di rumah hanya ada satu televisi maka seringkali terjadi perebutan remote TV antara aku, ibuku maupun dengan adiku yang tidak menyukai acara pertandingan sepak bola. Seingatku aku jarang untuk mengalah ketika terjadi situasi semacam itu, meskipun beberapa kali aku juga sempat mengalah ketika adikku merengek untuk menonton acara televisi kegemarannya. Tentu jika sudah seperti itu, tak ada pilihan lain bagiku. Selain pergi ke rumah tetangga untuk numpang nonton di sana. Sulit bagiku rasanya untuk melewatkan pertandingan Persib Bandung begitu saja. Klub ini sudah membuatku jatuh cinta.