MENJELANG DUA LIMA

Mengenali diri sendiri bagiku adalah sebuah pekerjaan yang tidak akan pernah rampung. Akan selalu ada hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah muncul dalam diri kita. Ataupun sebetulnya sudah muncul, namun baru disadari setelah sekian lama. Sebagai contoh, dulu barangkali kamu mengenali dirimu sebagai orang yang sabar, karena selama ini merasa bahwa setiap orang lain melakukan hal yang tidak mengenakan kepada dirimu, tidak pernah sekalipun kamu mengumpat ataupun mengeluarkan kata-kata kotor kepada orang tersebut. Alih-alih marah kepada orang tersebut kamu lebih memilih untuk diam dan berusaha untuk tidak berinteraksi dengan orang tersebut kembali. Dulu kamu menganggapnya pilihan sikapmu itu adalah sebuah bentuk kesabaran dan kedewasaan. Namun setelah sekian lama kamu baru menyadari bahwa kamu juga sebetulnya orang yang pemarah, hanya saja bentuk manifestasi kemarahanmu diwujudkan dalam hal yang lain, yaitu sikap diam & acuh tak acuhmu. 

Barangkali itulah bagaimana umur bekerja. Bertambahnya umur akan membuat cara pandang kita menjadi lebih luas & dewasa.  Meskipun ada perkataan bahwa dewasa itu bukan masalah umur melaikan soal pilihan, tentu perkataan ini tidak salah, namun tidak sepenuhya benar juga. Menurutku tetap ada beberapa hal yang hanya bisa didapatkan jika kita sudah membayarnya dengan waktu & pengalaman. Ada hal yang harus kita alami sendiri baru kemudian kita benar-benar mendapatkan makna & pelajarannya. Ada hal yang cukup dengan kita pelajari dari kisah hidup orang lain tanpa perlu kita mengalamiya sendiri.




Di umurku yang sebentar lagi masuk ke dua puluh lima, banyak hal baru yang aku temukan dalam diriku. Terlebih di tahun ini aku lebih banyak menghabiskan waktu dalam kesendirian, sehingga ada banyak waktu untuk berfikir & melihat ke dalam kehidupanku sendiri dibanding memikirkan apa yang terjadi di luaran sana.  Ada banyak titik-titik dalam diriku yang harus terus aku benahi, harapannya ketika nanti sudah memasuki umur yang ke dua puluh lima, titik-titik itu sudah rampung aku perbaiki. Tentu di setiap fase kehidupan selalu ada PR baru yang harus dikerjakan. Begitupun ketika nanti memasuki umur yang ke dua lima, tidak menutup kemungkinan bahwa aku akan menemukan salah satu hal yang sekarang aku yakini sebagai sebuah kebenaran di kemudian hari bisa saja berubah menjadi sebuah kekeliruan. Ini bukan sebuah ketidakkonsistenan dalam berfikir, melainkan pada beberapa hal kita harus bisa untuk berfikir secara dinamis.

Sebagai salah satu contoh soal jodoh, sekarang aku memilih untuk tak mau mencari jodoh terlebih dahulu sebelum kesiapanku berada pada level tertentu. Aku meyakini bahwa kalau kita berusaha mencari, sedangkan diri kita sendiri merasa belum siap, semuanya hanya berakhir sia-sia semata. Kita hanya akan kehilangan waktu & tenaga saja. Daripada hal itu terjadi tentu alangkah lebih baik jika sumber daya yang sekarang kita miliki, entah waktu maupun tenaga kita fokuskan untuk menaikan level kesiapan kita dalam menjemput jodoh kita suatu saat nanti. Ini adalah idealisme yang aku miliki sekarang, dan bisa saja suatu saat di titik tertentu pemikiran ini akan berubah.

Bisa saja satu atau dua tahun kedepan, ketika ada pertimbangan lain entah karena situasi maupun kondisi tertentu, idealisme itu akan berubah. Aku memilih idealisme lain yang barangkali di saat itu, begitulah pilihan yang lebih tepat & bijak. Bagaimanapun bagiku pilihan yang tepat & bijak harus lebih diutamakan daripada pilihan yang ideal. 

Huh entahlah, perkara jodoh memang terlihat rumit jika terlalu banyak detail yang harus dipikirkan. Padahal jika dijalani saja barangkali tidak akan serumit yang dibayangkan. 

Selamat tahun baru Islam 1444 H. Mari mengisi lembaran yang baru ini dengan hal-hal yang lebih baik.

Yogyarkata, 1 Muharram 1444 H



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url